BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan
dasar keyakinan keagamaan, keibadahan dan hukum. Membimbing manusia dalam
mengarungi hidupnya adalah sangat layak bila Al-qur‟an mendapat perhatian
istimewa.Menurut persepsi islam, kehidupan dunia itu amat terkait dengan
kehidupan akhirat. Sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia
juga sama dengan sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di akhirat.
Dari penjelasan diatas
intinya bahwa kita dalam ajaran islam ada perintah untuk mendidik anak
berdasarkan agama,sedangkan salah satu materi pendidikan agama adalah untuk
meningkatkan kemampuan melafalkan huruf hijaiyah melalui metode iqra.
Melafalkan huruf hijaiyah merupakan kemampuan yang harus dimiliki anak, karena
merupakan prasyarat untuk dapat melafalkan Al Qu’ran. Untuk dapat melafalkan
huruf hijaiyah dengan baik dapat menggunakan metode iqra.
Dalam makalah ini, yang
akan dibahas adalah tentang pengertian metode iqra’, sejarah metode iqra’, cara
penerapan metode iqra’ dan tentang kelebihan dan kekurangan metode iqra’.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
metode iqra’ ?
2.
Bagaimana
sejarah metode iqra’ ?
3.
Bagaimana cara
menerapkan metode iqra’ ?
4.
Apa kelebihan
dan kelemahan metode iqra’ ?
C. Tujuan
1.
Memahami
pengertian metode iqra’
2.
Mengetahui sejarah
metode iqra’
3.
Mengetahui
penerapan metode iqra’
4.
Memahami
kelebihan dan kelemahan metode iqra’
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Iqra’
1. Pengertian
Metode Iqra’
Menurut Tayat Yusuf dan Saiful Anwar
yang dikutip oleh Armai Arief secara etimologi metode berasal dari bahasa
Yunani “metodos” yaitu suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[1]
Iqra’ adalah metode Al-Qur’an bentuk
syaufiyah yang dirancang untuk anak sekolah yang bentuk pengajarannya dimulai
dari jilid 1-6.
Metode Iqra’ adalah suatu
metode membaca al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Maksudnya,
metode iqra’ adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran
al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca yang dimulai dari
tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap sampai ke tingkat sempurna, sehingga
dengan banyaknya siswa membaca tentunya semakin baik hafal dan lancar
bacaannya.
Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid
tersebut ditambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap
jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang
yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur'an.
Metode ini dapat dilakukan dalam
kelompok atau individu, mengingat nama dan arti metode ini dapat kita hubungkan
dengan wahyu Allah SWT yang pertama, surat al-‘Alaq ayat satu yang berbunyi´Iqra’
bismirabbilkallzi khalaq´. Isi kandungan ayat tersebut adalah perintah
membaca´.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya
tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya
(membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Metode ini
di dalamnya mengandung metode campuran dengan mengedepankan prinsip
pembelajaran yang lebih efektif dan efesien. Pembelajaran Al-Qur’an dengan
metode ini dimulai dari mengenalkan huruf, tanda baca, pengenalan bunyi serta
susunan kata dan kalimat yang harus dipahami dan dibaca serta dikembangkan
lebih jauh kepada kata, kalimat dan bacaan yang lebih rumit disertai pemahaman
prinsip-prinsip tajwid yang harus diperhatikan.[2]
2. Ciri-Ciri
Metode Iqra’
a) Bacaan
langsung tanpa dieja, artinya tidak diperkealkan nama-nama huruf hijaiyah
b)
Dengan cara
belajar siswa aktif, maksudnya yang ditekankan
di sini adalah keaktifan siswa bukan guru.
c)
Lebih bersifat
individual.
3.
Prinsip Metode
Iqra’
a)
Tariqat
Assntiyah (penguasaan/ pengenalan bunyi).
b)
Tariqat Attadrij
(pengenalan perbedaan yang mudah kepada yang sulit).
c)
Tariqat
Muqarranah (pengenalan perbedaan bunyi pada huruf yang hampir memiliki makhraj
yang sama).
d)
Tariqat
Latifatil Athfal (pengenalan melalui latihan-latihan).[3]
4.
Isi Buku Iqra’
dari Jilid 1-6
a) Jilid
1
1)
Pengenalan
bacaan huruf-huruf hijaiyah yang berbasis fathah sekaligus makhroj hurufnya,
seperti : اَ
بَ تَ ثَ جَ حَ خَ............يَ
2)
Membedakan
bacaan huruf-huruf tertentu, seperti : اَ-عَ جَ-زَ
ذَ-ظ
3)
Membaca
huruf-huruf secara acak, seperti : اَ بَ ثَ تَ بَ
b) Jilid
2
1) Pengenalan
tanda panjang, seperti : بَا سَجَى
تَا
2) Pengenalan
huruf sambung, seperti :خَطَبَ جَعَلَ
c) Jilid
3
1)
Pengenalan tanda
baca kasroh dan tanda baca panjang sekaligus memperkenalkan tanda sukun,
seperti : اِ هِ بِيْ
نِيْ
2)
Pengenalan tanda
baca dhommah dan tanda baca panjang, seperti :
بُوْ بُ
لُوْ هُ
d) Jilid
4
1) Pengenalan
bacaan tanwin, seperti :اً اٍ اٌ بً بٍ بٌ
2) Pengenalan
Nun dan Mim sukun, seperti :اَنْ
اِنْ اُنْ اَمْ اِمْ اُمْ
3) Perbedaan
Hamzah sukun (ءْ ) dengan Ain sukun (عْ ), dan kaf sukun dengan Qaf sukun (قْ) , seperti : تَأْكُلُ
اَعْمَى اَكْرَمَ اَقْوَمَ
e) Jilid
5
1) Pengetahuan
bacaan waqaf, seperti : نَسْتَعِيْنَ
اَبَدًا
2) Pengenalan
bacaan panjang 5-6 harakat, seperti :لآاَعْبُدُ وَلاَالضَآلِّيْنَ
3) Pengenalan
bacaan tasydidi, seperti : إِنَّ ثُمَّ
4) Pengenalan
bacaan dengung, seperti :مِنْ مَقَامٌ خَيْرٌ نِسَاءٌ
5) Pengenalan
bacaan yang tidak dengung, seperti : مِنْ رَسُلِهِ
خَيْرٌلَكُمْ
6) Pengenalan
Alif Lam Syamsyiah, seperti contoh :وَالنَّاسُ
7) Pengenalan
Alif Lam Qomariyah, seperti :القَمَرُ
8) Pengenalan
bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat fathah dan dhommah, seperti
contoh :رَسُوْلُ اللهِ تَااللهِ
اِنَّ اللهَ
9) Pengenalan
bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat kasrah, seperti contoh :بِسْمِ
اللهِ بِاللهِ
f) Jilid
6
1)
Pengenalan Nun
sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf Wau dibaca dengan dengung, seperti
:مَنْ وَاحِدٍ حَيًّا وَنَبَا تًا
2)
Pengenalan Nun
sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf Ba seperti Mim mati, seperti :مِنْ
بَعْدِ رَسُوْلٌ بِمَا
3)
Pengenalan Nun
mati atau Tanwin bertemu dengan huruf yang lima belas, maka dibaca
samara-samar, seperti contoh : اَنْتُمْ مِنْ جُوْعٍ
4)
Pengenalan
bacaan waqaf lazim (م ), Muthlaq ( ط), jaiz (ج) Qif ( قف), La
Waqfa Fiih (لا ),seperti :
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ يَوْمَ يَدْعُ الدَّاعِ
5)
Pengenalan
bacaan huruf-huruf Qolqolah yang bertasydid bila diwaqofkan, seperti :تَبَّتْ
يَدَا اَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ
Untuk
mengetahui kemampuan siswa apakah telah menguasai materi pelajaran, maka pada
tiap jilid diakhiri dengan EBTA. Siswa yang cepat menguasai materi, akan cepat
pula menyelesaikan buku Iqra’nya.[4]
B. Sejarah Metode Iqra’
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz
As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Buku Iqra' karya KH. As‘ad Humam
merupakan buku ajar membaca Al-Qur'an yang sangat popular di Indonesia. Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) yang tersebar diberbagai daerah banyak yang
menjadikan buku tersebut sebagai buku ajar resmi dalam pembelajarannya.
Kepopuleran buku ini mungkin disebabkan atas kesesuaian dan keefektifannya
dalam pembelajaran membaca al-Qur'an sehingga banyak anak yang berhasil membaca
al-Qur'an dengan baik setelah mempelajarinya.
1.
Biografi Ustadz
As’ad Human
Nama asli dari KH. As‘ad Humam
hanyalah As‘ad, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama
ayahnya, H Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman,
Kotagede Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta
diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka
yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH. As‘ad Humam sendiri berprofesi sebagai
pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini
mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
Pada tahun 1975, KH. As‘ad Humam
menggunakan metode Qiro'ati yang disusun KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari
Semarang pada tahun 1963. Akan tetapi, kemudian ditemukan bahwa pengajaran
Al-Qur'an denganmetode Qiro'ati tidak tartil, dan tidak adanya tajwid. Maka,
dari Qiro'ati inilah kemudian muncul gagasan-gagasan KH. As‘ad Humam untuk
mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri
yang belajar Al-Qur'an. Pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur'an
dengan metode Iqra' yang disusun oleh KH. As’ad Humam ini pada awalnya hanya
perantaraan dari mulut ke mulut atau getok tular, kemudian dengan ketekunan
mampu dikembangkan secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di Indonesia
bahkan di dunia internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team
Tadrus AMM Yogyakarta.
2.
Faktor menemukan
metode
baru
Pada awal penyusunannya, KH. As‘ad Humam paling tidak
merumuskan 3 faktor mengapa ia perlu menemukan metode baru dalam pembelajaran
membaca al-Qur'an:
a) Salah satu masalah umat Islam yang dihadapi dan cukup
mendasar adalah prosentase generasi muda Islam yangtak mampu membaca al-Qur'an
menunjukan indikasi yang meningkat. Generasi muda nampak semakin menjauhi
al-Qur'an dan rumah tangga keluarga muslim terasa semakin sepi dari alunan
bacaan ayat-ayat suci al- Qur'an. Padahal kemampuan dan kecintaan membaca
al-Qur'an adalah merupakan modal dasar bagi upaya pemahaman dan pengamalan
al-Qur'an itu sendiri.
b) Nampak sekali bahwa lembaga-lembaga pengajian dan pengajaran
al-Qur'an yang ada sekarang ini, belum mampu mengatasi masalah meningkatnya
jumlah generasi muda yang tidak mampu membaca al-Qur'an. Pengajian anak-anak
tradisional, yang dulunya berlangsung dengan semarak di kampung-kampung tiap
ba’da mahgrib sampai isya, kini terlihat semakin kurang kuantitas dan
kualitasnya. Hal ini di samping disebabkan oleh guru ngaji yang semakin langka,
dana yang terbatas, sistem penyelenggaraan yang apa adanya, juga disebabkan
oleh kalah bersaingnya dengan pengaruh-pengaruh dari luar seperti TV, film,
video, radio, dan sebagainya. Sedangkan pengajaran membaca v lewat pendidikan
agama di sekolah-sekolah formal, sangat terbatas waktu dan tenaga pengajarnya, sehingga
sulit untuk bisa mengantarkan anak didiknya mampu membaca al-Qur'an.
c) Terasa sekali bahwa
metodologi pengajaran membaca al-Qur'an yang selama ini diterapkan di
Indonesia, khususnya metode Juz Amma (Qowaidul Bagdadiyah), sudah saatnya untuk ditinjau kembali dan disempurnakan.
C. Penerapan
Metode Iqra’
Metode iqra’ dikembangkan untuk
mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran, yaitu :
1) Kemampuan memiliki pengetahuan.
2) Kemampuan memiliki keterampilan.
3)
Pengembangan keterampilan.[5]
1.
Unsur-unsur metode
iqra’ dalam pembelajaran Al-Qur’an
Unsur-unsur metode Iqra’ dalam pembelajaran Al-Qur’an:
1) Para
siswa harus memiliki persepsi perlunya mempelajari al-Qur’an
2) Para
siswa harus mengerti tujuan mempelajari al-Qur’an.
3) Para
harus memiliki tanggung jawab terhadap dirinya untuk keterampilan membaca
al-Qur’an.
4) Para
siswa harus mengetahui bahwa membaca al-Qur’an yang baik, lancar dan benar
termasuk ibadah.
5) Para
siswa harus tahu kebenaran membaca al-Qur’an sangat penting terutama dalam
ibadah shalat.
2.
Metode
Pembelajaran Iqra’
Metode pembelajaran iqra’ adalah:
1)
CBSA, siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan
pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun. Belajar aktif tidak hanya
diperlukan untuk menambah gairah, namun juga untuk menghargai perbedaan
individual dan keragaman kecerdasan.
2) Privat
menyimakan seorang demi seorang secara bergantian.
3) Asistensi.
Maksudnya, siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat membantu menyimak santri
lain. Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik
untuk mengajarkan materi kepada temanya. Jika selama ini ada pameo yang
mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan
kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta didik dalam
mengajarkan kepada teman sekelas.
4) Siswa tidak
diperkenalkan tanda baca, yang penting betul membacanya
5) Komunikatif,
beri sanjungan kepada siswa apabila bacaan betul.
6) Bagi siswa yang
betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya
boleh diloncat-loncatkan agar cepat selesai.[6]
3.
Cara Mengajarkan
Metode Iqra’
Susunan
langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode iqra’ sebagaimana diuraikan oleh Yusur Mukhtar adalah:
1) Guru
harus mengetahui kondisi awal siswa, agar dapat menentukan jilid berapa bagi
siswa yang bersangkutan untuk mempelajarinya.
2) Guru
menyimak satu persatu siswa yang sedang belajar sambil mencatat pada kartu
prestasi siswa atau pada buku daftar nilai siswa.
3) Guru
hanya menunjukkan pokok-pokok pelajaran saja, tidak perlu mengenalkan
istilah-istilah.
4) Perlu
menggunakan asisten atau menggunakan tutor sebayayang sudah bisa membaca untuk
membimbing teman-temannya yang lain dan mencatat prestasi pada kartu prestasi
siswa.
5) Untuk
beralih/pindah jilid (materi lain) ditentukan oleh guru pengajar, sementara
untuk pindah halaman lain cukup dengan guru pembimbing/tutor sebaya.
6) Bagi
siswa yang lebih cerdas, tidak perlu membaca setiap halaman secara penuh.
7) Perlu
diperbanyak latihan-latihan secara berulang-ulang untuk memantapkan pengenalan
huruf.
Dilihat dari tujuh langkah pembelajaran di atas,
maka terlebih dahulu memulai pembelajaran dengan menginformasikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa untuk belajar.
Kemudian, dilanjutkan dengan langkah-langkah dimana
siswa di bawah bimbingan guru bersama-sama untuk menyelesaikan/melaksanakan
tugas yang diberikan guru, serta menguji apa yang sudah dipelajari dengan
usaha-usaha siswa itu sendiri.[7]
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Iqra’
1. Kelebihan
a) Siswa
lebih cepat dapat membaca Al-Qur’an
b) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan dan latihan
guru agar buku iqra’ ini dapat dipahami dengan baik oleh guru, para guru dapat
menerapkan metodenya dengan baik dan benar.
c) Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang
mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah diingat ke yang
sulit didengar dan diingat.
d) Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi
tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya. Meski demikian
proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru dengan melalui ujian.
e) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif, seperti dengan menggunakan bahasa
peneguhan saat siswa membaca benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan
teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan.
f) Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru
untuk mendapatkan bimbingan langsung secara individual. Jika pembelajaran
terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan menggunakan buku Iqra’
klasikal.
g) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan
buku mudah didapatkan dari toko-toko.[8]
2. Kelemahan
a) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak
diperkenalkan dari awal pembelajaran.
b) Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
c) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iqra’
adalah metode Al-Qur’an bentuk syaufiyah yang dirancang untuk anak sekolah yang
bentuk pengajarannya dimulai dari jilid 1-6.
Metode Iqra’ adalah suatu metode
membaca al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Maksudnya,
metode iqra’ adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran
al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca yang dimulai dari
tingkatan yang sederhana,tahap demi tahap sampai ke tingkat sempurna, sehingga
dengan banyaknya siswa membaca tentunya semakin baik hafal dan lancar bacaannya.
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad
Human yang berdomisili di Yogyakarta. Buku Iqra' karya KH. As‘ad Humam
merupakan buku ajar membaca Al-Qur'an yang sangat popular di Indonesia. Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) yang tersebar diberbagai daerah banyak yang
menjadikan buku tersebut sebagai buku ajar resmi dalam pembelajarannya.
Kepopuleran buku ini mungkin disebabkan atas kesesuaian dan keefektifannya
dalam pembelajaran membaca al-Qur'an sehingga banyak anak yang berhasil membaca
al-Qur'an dengan baik setelah mempelajarinya.
Metode pembelajaran iqra’ adalah:
1) CBSA
2) Asistensi.
3) Siswa tidak
diperkenalkan tanda baca, yang penting betul membacanya .
4) Komunikatif.
5) Bagi siswa yang
betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh
diloncat-loncatkan agar cepat selesai.
Kelebihan dan kekurangan metode iqra’
adalah:
1) Siswa
lebih cepat dapat membaca
2) Adanya buku
(modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh beberapa petunjuk teknis
pembelajaran bagi guru serta pendidikan dan latihan guru agar buku iqra’ ini
dapat dipahami dengan baik oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya
dengan baik dan benar.
3) Sistematis dan
mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang mudah ke yang sulit; dari yang
sering didengar, yang mudah diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
4) Menggunakan
sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi tingkat pembelajaranya membina
siswa yang berada di bawahnya. Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan
oleh guru dengan melalui ujian.
5) Guru mengajar
dengan pendekatan yang komunikatif,
seperti dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca benar, sehingga
siswa termotivasi, dan dengan teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan.
6) Bersifat privat
(individual). Setiap siswa menghadap guru untuk mendapatkan bimbingan
langsung secara individual. Jika pembelajaran terpaksa dilakukan secara
kolektif maka guru akan menggunakan buku Iqra’ klasikal.
7) Buku dengan
metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan buku mudah didapatkan dari
toko-toko.
Kelemahan:
1) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak
diperkenalkan dari awal pembelajaran.
2) Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2012.
Strategi Pembelajaran berorientasi Standart proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Departemen
Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemah. Surabaya: CV. KaryaUtama.
Budiyanto.1995. Prinsip-Prinsip Metodologi Iqra’.
Yogyakarta: Tadrus.
Humam, As’ad. 2000. Buku
Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid 1-6. Yogyakarta: AMM.
Budiyanto, dkk. 2003. Ringkasan
Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis,
Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an. Yogyakarta: AMM.
Roqib,
Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam ( Pengembangan Pendidikan Intergratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat ). Yogyakarta : LkiS.
[1] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran berorientasi Standart proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm. 147
[2] Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemah, (Surabaya: CV. KaryaUtama, 2010), hlm. 846
[3] Budiyanto, Prinsip-Prinsip
Metodologi Iqra’, (Yogyakarta: Tadrus, 1995), hlm. 15
[4] As‟ad Humam, Buku Iqra’ ,
Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid 1-6, Yogyakarta: AMM, 2000,
hal.1
[5] Buditanto, hlm. 16
[6] H.M. Budiyanto, dkk., Ringkasan
Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis,
Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an, Yogyakarta: AMM,
2003, hlm. 38-43.
[7] Budiyanto, dkk. hlm.
43
[8] Moh.Roqib, Ilmu
Pendidikan Islam ( Pengembangan Pendidikan Intergratif di Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat ), ( Yogyakarta : LkiS, 2009 ). h. 104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar